Breaking News
Tunggu sebentar...

Recent Post

Tampilkan postingan dengan label aqidah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label aqidah. Tampilkan semua postingan
Rabu, 26 Februari 2014
Tentang Takrimul Quran Blog

Tentang Takrimul Quran Blog

Tentang Takrimul Quran Blog
Assalamau'alaikum kepada para pembaca sekalian, seiring doa semoga Anda semua senantiasa dalam naungan rahmat Alloh subhanahuwata'ala. Kita disatukan dalam ikatan Iman dan Islam begitupun dengan orang-orang beriman sebelum kita. Semoga dengan dibuatnya blog ini (Takrimul Quran Blog), bisa menjadi salah satu sarana kita untuk semakin menguatkan ukhuwah kita karena Alloh Subhanahuwata'ala.

Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang Takrimul Quran, silahkan kunjungi situs resminya di http://www.takrim-alquran.org/

Admin Takrimul Quran Blog
Priana Saputra
Selasa, 25 Februari 2014
BAYAH PERBUATAN SYIRIK

BAYAH PERBUATAN SYIRIK


BAYAH PERBUATAN SYIRIK
Bismillah, pada kesempatan kali ini, kita akans sedikit mengulas tentang apa Saja Bahaya Syirik. Sebelum membahas lebih jauh tentang judul tersebut, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu sisi pengertian dari syirik itu sendiri. Secara bahasa, syirik artinya menyekutukan atau menjadikan sesuatu memiliki sekutu (syarík). Sedangkan secara istilah, syirik artinya menyekutukan Alloh Subhanahuwata’ala dengan sesuatu.
Syirik terjadi dalam tiga hal, yaitu:
1.     Dalam Rububiyah, atau hak ketuhanan.
Contoh syirik dalam rububiyah:
· Berpendapat bahwa alam semesta terjadi dengan sendirinya, tanpa ciptaan al-Kholiq, Alloh Subhanahuwata’ala Yang Maha Pencipta.
· Meyakini ada dzat selain Alloh Subhanahuwata’ala yang mampu memberikan manfaat atau mudhorot.
· Meyakini ada dzat selain Alloh Subhanahuwata’ala yang mampu melindungi manusia dari marabahaya atau mengeluarkan mereka dari kesulitan.
2.    Dalam Uluhiyah, atau hak peribadatan.
Contoh syirik dalam uluhiyah:
·   Berdoa atau memohon kepada selain Alloh Subhanahuwata’ala.
·   Sujud kepada selain Alloh Subhanahuwata’ala.
·   Memakai jimat-jimat dengan keyakinan bahwa ia sanggup menolak bencana.
3.    Dalam Asma’ wa Shifat, yaitu hak nama-nama dan sifat-sifat khusus yang Maha Mulia.
Contoh syirik dalam asma’ wa shifat:
·  Meyakini ada seorang makhluk yang memiliki sifat-sifat seperti Alloh Subhanahuwata’ala.
·  Memberikan nama untuk sesuatu (misalnya berhala) dengan nama-nama Alloh Subhanahuwata’ala.
Syirik mencakup semua bentuk penyerahan salah satu atau seluruh hak-hak khusus atau sifat-sifat ketuhanan kepada makhluk. Dengan kata lain syirik adalah setiap perbuatan yang menetapkan makhluk setara dengan Alloh Subhanahuwata’ala dalam suatu hal yang menjadi kekhususan-Nya dan menjadikan makhluk itu sebagai tandingan Alllah Subhanahuwata’ala dalam hal tersebut. Syirik juga berarti beribadah kepada selain Alloh Subhanahuwata’ala atau beranggapan ada dzat lain yang setara dengan Alloh Subhanahuwata’ala. Dan inilah bahkan bentuk perbuatan syirik yang banyak terjadi dan merebak di berbagai tempat! Na’udzu billahi min dzalik!

 PEMBAHASAN BAYAH SYIRIK


Syirik adalah perbuatan terkeji di dunia. Syirik adalah dosa yang tidak terampuni di akhirat kelak, bila pelakunya tidak bertaubat semasa hidupnya di dunia. Kekal di neraka yang menyala-nyala, membakar seluruh tubuhnya dan api akan memenuhi rongga dadanya. Dia akan berada di antara kehidupan dan kematian. Sekaratul maut selalu menggumulinya dengan penuh kepedihan. Tiada mati yang menuntaskan dan tiada hidup yang menyenangkan. Bergumul dengan api di lubang-lubang Jahannam dengan penyesalan yang tiada hentinya. Na’udzu billahi min dzalik. Hal ini sebagaimana firman Alloh Subhanahuwata’ala:
 “Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Alloh, maka sesungguhnya ia telah tersesat dengan sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 116)
BAYAH PERBUATAN SYIRIK
BAYAH PERBUATAN SYIRIK
Alloh Subhanahuwata’ala adalah pencipta seluruh alam semesta. Alloh  Subhanahuwata’ala adalah Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maha Pemberi segala sesuatu, Maha Sanggup memenuhi semua permintaan. Lantas, mengapa seseorang harus meminta kepada selain Alloh Subhanahuwata’ala? Kepada pepohonan, kuburan, paranormal, dan lain-lain? Semua itu adalah perbuatan syirik yang keji, yang menyeret pelakunya ke neraka Jahannam nanti. Na’udzu billahi min dzalik! Alloh Subhanahuwata’ala berfirman:
 “Katakanlah: ‘Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain Alloh, jika Alloh hendak mendatangkan kemudhorotan kepadaku, apakah berhala-berhala kalian itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Alloh hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?’ Katakanlah: ‘Cukuplah Alloh bagiku’. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.” (QS. az-Zumar [39]: 38)

Mutiara Ayat al-Qur’an dan Hadits
Simaklah baik-baik firman-firman Alloh Subhanahuwata’ala dan sabda-sabda Rasululloh Sholallohu’alaihi wa sallam  berikut ini. Mudah-mudahan Alloh Subhanahuwata’ala membukakan hati kita dan memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin.
1. Alloh Subhanahuwata’ala tidak akan menerima alasan berbuat syirik karena mengikuti orang-orang tua terdahulu sebagaimana firman-Nya:
 “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini tuhan kalian?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau tuhan kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)’, atau agar kalian tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu’. Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS al-A’raf [7]: 172-174)
2. Perbuatan syirik akan menggugurkan seluruh amal-amal sholeh yang pernah dikerjakan oleh seseorang, sebagaimana firman Alloh Subhanahuwata’ala:
 “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar [39]: 65)
Dan firman-Nya:
 “Itulah petunjuk Alloh, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakinya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Alloh, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-An’am [6]: 88)

3. Apa saja yang disembah selain Alloh Subhanahuwata’ala akan berlepas diri dari para penyembahnya pada hari kiamat, sebagaimana firman Alloh Subhanahuwata’ala:

“(Ingatlah) suatu hari (ketika itu), Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan): ‘Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu’. Lalu Kami pisahkan mereka dan berkatalah sekutu-sekutu mereka: ‘Kalian sekali-kali tidak pernah menyembah kami.” (QS. Yunus [10]: 28)
4. Rasul   hanyalah  diperintah  untuk  menyembah Alloh Subhanahuwata’ala dan tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana firman Alloh Subhanahuwata’ala:
 “Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepada mereka bergembira dengan Kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebagiannya. Katakanlah ‘Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Alloh dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali’.” (QS. ar-Ra’d [13]: 36)
5. Syirik adalah kezholiman yang paling besar, sebagiamana firman Alloh Subhanahuwata’ala:
 “Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Alloh, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Alloh melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Alloh, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.” (QS. ar-Ra’d [13]: 13)
6.  Tidak ada selain Alloh Subhanahuwata’ala yang mampu menyelamatkan kita dari musibah.
Alloh Subhanahuwata’ala berfirman:
 “Katakanlah: ‘Terangkanlah kepadaku jika Alloh mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hati kalian, siapakah Tuhan selain Alloh yang Kuasa mengembalikannya kepada kalian?’ Perhatikanlah bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).” (QS. al-An’am [6]: 46) 
7.Orang yang berbuat syirik dan mati sebelum bertaubat, diharamkan baginya pintu surga, sebagaimana firman Alloh Subhanahuwata’ala:
 “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Alloh ialah Al-Masih putra Maryam’, padahal al-Masih (sendiri) berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Alloh Tuhanku dan Tuhan kalian’. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Alloh, maka pasti Alloh mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. al-Ma’idah [5]: 72)
8. Alloh Subhanahuwata’ala melaknat orang yang menyembelih untuk selain Alloh Subhanahuwata’ala.
Dari ‘Amir bin Watsilah berkata, seorang laki-laki bertanya kepada Ali, ‘Apakah Rasululloh  pernah merahasiakan sesuatu kepadamu yang tidak diberitahukan kepada orang lain? Maka Ali  marah besar sampai wajahnya memerah. Ali berkata, “Beliau tidak pernah merahasiakan sesuatu pun yang tidak diketahui oleh orang lain. Hanya saja beliau pernah bercerita kepadaku tentang empat hal dan saat itu aku dan beliau sedang di dalam rumah. Maka beliau bersabda:
(( لَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَهُ وَلَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ وَلَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَلَعَنَ اللهُ مَنْ غَيَّرَ مَنَارَ الأَرْضِ ))
“Alloh melaknat orang yang melaknat ayahnya dan orang yang menyambelih untuk selain-Nya. Dan Alloh melaknat orang yang melindungi penjahat dan orang yang merubah batas-batas tanah’.” (HR. an-Nasa’i)
9.  Barangsiapa yang mengharapkan dosa-dosanya diampuni oleh Alloh Subhanahuwata’ala, maka dia harus menjauhkan diri dari syirik.
Dari Anas bin Malik Radhiallohu’anhu  ia berkata, “Saya telah mendengar Rasululloh Sholallohu’alaihi wa sallam bersabda:
(( قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكْ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلاَ أُبَالِيْ يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ اُباَلِيْ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا َلأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً ))
“Alloh yang Maha Suci lagi Maha Tinggi berfirman, ‘Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau menyeru dan mengharap kepada-Ku, pasti Aku mengampunimu atas segala apa yang telah engkau lakukan dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai penjuru langit, kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku berikan ampunan untukmu dan Aku tiada akan peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh bumi, kemudian engkau datang kepada-Ku dengan tidak menyekutukan Aku dengan apapun, sungguh akan Aku datangkan kepadamu ampunan sepenuh bumi itu pula.” (HR. at-Tirmidzi)

BENTUK PERBUATAN SYIRIK


Di antara bentuk-bentuk kesyirikan yang wajib kita jauhi –sebagai orang-orang yang beriman– dengan sejauh-jauhnya adalah:
1. Menyembelih hewan kurban untuk selain Alloh, seperti untuk tumbal. Menyembelih hewan kurban adalah ibadah, oleh karena itu tidak boleh ditujukan kepada selain Alloh Subhanahuwata’ala.
Alloh Subhanahuwata’ala melaknat orang yang menyembelih kurban untuk selain Alloh Subhanahuwata’ala.
(( لَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَهُ وَلَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ وَلَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَلَعَنَ اللهُ مَنْ غَيَّرَ مَنَارَ الأَرْضِ ))
“Alloh Subhanahuwata’ala melaknat orang yang melaknat ayahnya dan orang yang menyembelih untuk selain-Nya, serta orang yang melindungi penjahat dan Alloh juga melaknat orang yang merubah batas-batas tanah.” (HR. an-Nasa’i)
2.    Mempersembahkan berbagai bentuk sesajian kepada makhluk.
3.    Memohon dan berdoa kepada selain Alloh Subhanahuwata’ala.
4.    Sihir dengan segala bentuknya, seperti pelet, santet, tenung, mahabbah (pengasihan) dan lain sebagianya.
5.    Menjampi dengan jampi-jampi atau mantra-mantra yang tidak dapat dipahami maknanya.
6.    Mempercayai atau memohon kepada khodam (pelayan, jin) ghaib.
7.    Mencari wangsit atau wahyu palsu.
8.    Mengeramatkan kuburan dan tempat-tempat pemujaan.
9.  Percaya kepada ramalan-ramalan, seperti ramalan bintang (zodiak dan astrologi), hari-hari, garis tangan, aura, dan lain-lain.
10. Mengharap kekayaan, jodoh atau yang lainnya dari selain Alloh Subhanahuwata’ala, baik secara langsung maupun melalui dukun atau paranormal.
11.  Berdoa kepada Alloh Subhanahuwata’ala melalui perantaraan orang yang telah mati.
12. Mencari kekebalan tubuh.
13.   Memakai jimat atau pusaka.
14.    Ilmu gendam, tenaga dalam, kul buntet, pring petuk, mani gajah, buluh perindu, ilmu gelap sayuta, ilmu trawangan, dan lain-lain. Ilmu-ilmu tersebut adalah termasuk kesyirikan, meskipun dikemas dengan kata-kata: “Dengan izin Alloh Subhanahuwata’ala.”
Jangan sekali-kali seorang muslim tertipu oleh para dajjal (pendusta) yang menamakan diri mereka sebagai ahli supranatural, paranormal si anu dan si anu, orang pintar (ahli syariat), orang yang mengaku dilayani oleh banyak jin, meskipun meraka katakan bahwa jinnya itu muslim, yang mengaku sanggup memberikan yang diinginkan oleh kebanyakan orang, wlaupun meraka itu mengatakan “ilmunya diambil dari Al-Qur’an”. Dengan alasan apapun, juga hubungan dengan mereka (makhluk ghaib) tidak bisa dibenarkan dan sangat berbahaya. Jauhi mereka seperti kita memusuhi setan dan musuh besar kita!! Karena mereka adalah agen-agen penghamba setan untuk menjerumuskan hamba-hamba Alloh Subhanahuwata’ala ke dalam kesyirikan. jauhkan diri kita sejauh-jauhnya seperti kita ingin jauh dari Jahannam. Sampai kita yakin bahwa kita telah berlepas diri dan benar-benar bersih dari segala macam bentuk kesyirikan.
Selain mereka adalah penjerumus hamba-hamba Alloh Subhanahuwata’ala ke neraka Jahannam, mereka adalah pembual-pembual besar. Mereka sama sekali tidak akan pernah bisa mengadakan sesuatu tanpa izin Alloh Subhanahuwata’ala. Mereka tidak akan bisa memberikan sesuatu dan mencelakakan seseorang selain dari yang Alloh Subhanahuwata’ala sudah tuliskan di lauhil mahfudz, jauh sebelum Alloh Subhanahuwata’ala menciptakan makhluk-makhluk-Nya. Semuanya pasti (pasti!!) terjadi menurut apa yang sudah Alloh Subhanahuwata’ala tentukan dan kehendaki. Tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang sanggup merubahnya. Perubahan dari kemiskinan menjadi kekayaan, atau sebaliknya hanya ada di tangan Alloh Subhanahuwata’ala semata. Semua kejadian dan perubahan hanya ada pada genggaman Alloh Subhanahuwata’ala. Tidak ada satu makhluk pun yang sanggup merebutnya.

 SEBUAH RENUNGAN

Sebagai seorang muslim dan orang yang beriman, kita berada dekat dengan Alloh Subhanahuwata’ala. Kita adalah dzat yang fakir dan Dialah Dzat Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Kita adalah Dzat Yang lemah sedang Dia adalah Dzat Yang Maha Kuat. Dekatkanlah diri kita kepada-Nya. Kerjakanlah perintah-perintah-Nya dan jauhilah  semua larangan-larangan-Nya. Niscaya Dia akan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kita serta memasukkan kita ke surga yang penuh dengan kenikmatan. Surga yang abadi yang tidak ada padanya segala bentuk kesusahan dan kesengsaraan, serta memberikan kita kehidupan dunia yang penuh kebahagiaan dan ketentraman. Mintalah hanya kepada-Nya. Berdoalah hanya kepada-Nya. Janganlah berputus asa dalam berdoa kepada-Nya. Ridholah atas semua yang diberikan kepada kita. Dia Maha Pemalu untuk menolak permintaan-permintaan kita, sebagian yang  kita minta akan Dia berikan kepada kita di dunia ini, sebagian lainnya akan diberikan di akhirat nanti dengan berlipat ganda. Tuntutlah ilmu agama dari sumber yang benar. Tanpa ilmu yang benar, kita tidak bisa mendekatkan diri kepada-Nya. Jauhilah segala bentuk kesyirikan. Kesyirikan adalah dosa yang paling besar dan pengekal seseorang di neraka Jahannam. Bertaubatlah kita sekiranya dulu pernah melakukannya. Berjanjilah kepada-Nya dengan ikhlas dan tulus bahwa kita tidak akan mengulanginya lagi. Bertawakallah kepada-Nya. Dan hadapilah kehidupan ini dengan penuh keimanan.

Judul Artikel: Bahaya Perbuatan Syirik
Sumber: Dikutip dari Majalah Terbitan PT Marwah Indo Media

Senin, 24 Februari 2014
Beriman atau Beramal yang Harus Didahulukan?

Beriman atau Beramal yang Harus Didahulukan?

Beriman atau Beramal yang Harus Didahulukan?
Menyikapi pertanyaan apakah Beriman atau Beramal yang Harus Didahulukan? Amal merupakah satu hal yang dapat menjadi penyebab kebaikan bagi siapa pun terkhusus bagi seorang Muslim. Lantas apakah hubungan Iman dan Amal dari seseorang? Mana yang harus didahulukan? Berikut pembahasannya:
Di dalam Al-Qur’an seringkali Allah سبحانه و تعالى menyatakan bahwa Allah سبحانه و تعالى pasti membalas seorang hamba sebagai ganjaran atas amal-perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan apapun, apakah berupa sebuah amal baik maupun amal buruk, kedua-duanya pasti bakal diberi ganjaran oleh Allah سبحانه و تعالى .
أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيها جَزَاءً بِما كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.Al-Ahqaf 14)
فَأَعْرِضُوا عَنْهُمْ إِنَّهُمْ رِجْسٌ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Maka berpalinglah dari mereka; karena sesungguhnya mereka itu adalah najis dan tempat mereka Jahanam; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS At-Taubah 95)
Di dalam surah Al-Ahqaf 14 Allah سبحانه و تعالى gambarkan balasan atas amal-perbuatan baik yang mengantarkan pelakunya ke dalam surga. Semoga kita termasuk ke dalam golongan tersebut. Sedangkan di dalam surah At-Taubah 95 justeru sebaliknya, Allah سبحانه و تعالى gambarkan mereka yang berbuat amal-perbuatan buruk sehingga pelakunya diganjar dengan neraka Jahannam. Wa na’udzubillaahi min dzaalika.
Jadi jelas sekali betapa pentingnya pilihan jenis amal-perbuatan apa yang dilakukan seseorang sehingga ia berhak menerima balasan seperti apa dari Allah سبحانه و تعالى . Maka alangkah naifnya bila ada seorang yang mengaku muslim lalu ia tidak pernah merenungkan jenis amal apa yang ia pilih, yang penting menurutnya adalah banyaknya amal. Lalu dia berusaha mengisi waktunya dengan sebanyak mungkin amal. Lebih jauh lagi dia bahkan memandang remeh orang lain yang dinilainya tidak banyak beramal. Sehingga dengan mudah dia menstempel orang lain yang tidak sibuk beramal seperti dirinya sebagai orang-orang yang hanya NATO (no action, talk only). Padahal Allah سبحانه و تعالى memperingatkan kita bahwa ada sementara manusia di dunia ini yang mengira bahwa dirinya sudah banyak berbuat kebaikan namun ternayata di dalam pandangan Allah سبحانه و تعالى justeru mereka itulah orang-orang yang paling merugi.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالاالَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS Al-Kahfi 103-104)
Apakah faktor yang menyebabkan perbuatan yang mereka sangka baik itu justeru ternyata di mata Allah سبحانه و تعالى adalah sia-sia dalam kehidupan di dunia? Lihatlah penjelasan Allah سبحانه و تعالى pada ayat berikutnya:
أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلا نُقِيمُ لَهُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًاذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا
“Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia (Allah). Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.”(QS Al-Kahfi 105-106)
Merekalah orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia (Allah). Inilah sebabnya..! Jadi, sebabnya terkait dengan masalah yang lebih fundamental daripada urusan beramal, berbuat maupun bekerja. Urusannya terkait dengan hadir-tidaknya iman di dalam dirinya. Iman terhadap ayat-ayat Allah سبحانه و تعالى dan iman terhadap perjumpaan dengan Allah سبحانه و تعالى di hari berbangkit kelak. Barangsiapa yang imannya tidak hadir atau tidak sah, maka berarti ia kafir. Dan kekafiran inilah yang menghapus semua amal kebaikan yang disangka pelakunya bahwa dia telah berbuat sebaik-baiknya.
Iman merupakan prasyarat agar amal apapun yang dipilih seseorang mendatangkan ganjaran kebaikan dari Allah سبحانه و تعالى . Tidak hadirnya iman atau tidak sahnya iman seseorang bakal menghapuskan nilai amal apapun yang telah dikerjakannya. Betapapun banyaknya amal orang itu, namun jika tidak dilandasi oleh hadirnya iman yang benar, maka niscaya merugilah orang itu kelak di akhirat. Sehingga Allah سبحانه و تعالى berfirman: Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. Alangkah ruginya dia..! Bayangkan, amal yang banyak itu dihapus oleh Allah سبحانه و تعالى . Tidak mendapatkan penilaian atau pengakuan dari Allah سبحانه و تعالى barang sedikitpun. Di tempat lainnya Allah سبحانه و تعالى berfirman mengenai amal kaum kafir itu:
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS Al-Furqan 23)
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana.” (QS An-Nur 39)
Bahkan lebih jauh lagi Allah سبحانه و تعالى berfirman: Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. Orang-orang itu dipastikan Allah سبحانه و تعالى bakal dibalas dengan neraka Jahannam. Dan mereka diserupakan Allah سبحانه و تعالى dengan orang-orang yang mengolok-olok ayat-ayat Allah سبحانه و تعالى dan rasul-rasulNya.
Saudaraku, sungguh kita harus waspada terhadap masalah ini walupun kita telah mengaku diri sebagai seorang muslim, seorang yang telah berikrar syahadatain, seorang yang menganggap diri termausuk kaum beriman. Sebab Allah سبحانه و تعالى bahkan menyatakan bahwa kebanyakan orang yang menganggap dirinya beriman kepada Allah سبحانه و تعالى ternyata terlibat dalam dosa syirik..!
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS Yusuf 106)
Walau saat membahas ayat di atas Ibnu Katsir mengacu kepada kaum musyrikin Quraisy di kota Mekkah pada masa jahiliah, namun Sayyid Qutb di dalam kitab Fi Zhilalil Qur’an menulis:
Di sana ada juga syirik yang nyata dan tampak jelas. Yaitu ketundukan kepada selain Allah سبحانه و تعالى dalam salah satu perkara hidup, ketundukan kepada suatu hukum yang dijadikan keputusan dalam segala urusan, ketundukan terhadap adat seperti pesta-pesta dan festival-festival meriah yang tidak disyariatkan oleh Allah سبحانه و تعالى , ketundukan dalam pakaian dan seragam yang bertentangan dengan syariat Allah سبحانه و تعالى berkenaan dengan pembukaan aurat dimana nash memerintahkan untuk menutupnya.
Masalahnya, dalam perkara-perkara itu bisa melampaui batas kesalahan dan dosa karena penentangan, ketika hal itu merupakan wujud ketaatan, ketundukan dan kepasrahan kepada adat suatu masyarakat yang dihormati padahal ia adalah bikinan manusia. Sementara itu, perintah Allah سبحانه و تعالى Rabb manusia yang jelas dan bersumber dari-Nya ditinggalkan dan diacuhkan. Pada saat itu perkara tersebut bukan lagi hanya dosa dan kesalahan, tapi sudah menjadi syirik. Karena hal itu merupakan ketundukan kepada selain Allah سبحانه و تعالى dalam perkara-perkara yang menentang perintah-Nya. Dari sudut ini, perkara menjadi sangat berbahaya.
Ayat di atas mengenai sasaran orang-orang yang dihadapi rasulullah صلى الله عليه و سلم di Jazirah Arab, dan mencakup sasaran orang-orang lainnya di setiap zaman dan setiap tempat. (Tafsir Fi Zhilalil Qur’an- jilid 7- Gema Insani- hlm 19)
Ketika Sayyid Qutb mengatakan “Pada saat itu perkara tersebut bukan lagi hanya dosa dan kesalahan, tapi sudah menjadi syirik”, maka kita yang hidup di era badai fitnah dewasa ini sepatutnya berhati-hati dan merasa khawatir. Sebab di dalam Sistem Dajjal begitu banyak –kalau tidak bisa dikatakan seluruhnya- aturan dan hukum yang diberlakukan bukan bersumber dari hukum Allah سبحانه و تعالى melainkan hukum bikinan manusia. Dan Allah سبحانه و تعالى menyatakan bahwa hukum di dunia ini hanya ada dua macam, hukum Allah سبحانه و تعالى atau hukum thaghut. Hukum Allah سبحانه و تعالى wajib ditegakkan dan ditaati, sedangkan hukum thaghut wajib diingkari dan dijauhi. Demikian firman Allah سبحانه و تعالى .
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالا بَعِيدًا
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS An-Nisa 60)
Mengomentari ayat di atas Ibnu Katsir menulis:
Ini merupakan pengingkaran Allah سبحانه و تعالى terhadap orang yang mengaku beriman kepada apa yang diturunkan Allah سبحانه و تعالى kepada RasulNya dan kepada para nabi yang mendahului Nabi kita. Walaupun pengakuannya demikian, mereka tetap berhakim kepada selain Kitab dan Sunnah. Demikian pula ayat ini mencela orang yang berpindah dari hukum Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya kepada kebatilan selain keduanya, kebatilan itulah yang disebut thaghut di sini. Oleh karena itu Allah سبحانه و تعالى berfirman “Mereka hendak berhakim kepada thaghut”.(Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir-jilid 1-Gema Insani-hlm 742-743)
Dewasa ini hukum Allah سبحانه و تعالى tidak dimuliakan, disucikan dan ditinggikan. Yang dimuliakan adalah hukum bikinan manusia, aturan nenek-moyang, adat-istiadat setempat atau deklarasi hak asasi manusia dan sejenisnya. Apakah manusia modern mengira bahwa Allah سبحانه و تعالى tidak sanggup merumuskan hukum yang memenuhi rasa keadilan seluruh umat manusia? Sehingga mereka lebih memuliakan dan meyakini hukum produk manusia yang dinilai adil, up-to-date dan akomodatif untuk menyerap aspirasi aneka jenis manusia di muka bumi? Jika demikian adanya, sungguh keji logika manusia modern..! Mereka telah gagal menangkap tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه و تعالى yang terus-menerus menjamin rezeki segenap makhluk, baik manusia maupun hewan di langit dan di bumi. Kok bisa mereka berprasangka bahwa Dzat yang seperti itu tidak sanggup merumuskan hukum yang adil? Sementara manusia yang tidak sanggup menjamin rezeki untuk dirinya sendiri saja kok malah diyakini produk hukumnya dapat memenuhi rasa keadilan segenap manusia..! Pantas Allah سبحانه و تعالى menantang manusia kafir itu dengan pertanyaan berikut:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maidah 50)
Berarti, sudah jelaslah, bahwa kata kuncinya terletak pada kata-kata “bagi orang-orang yang yakin”. Jika sekedar mengandalkan pengakuan seseorang bahwa dirinya muslim atau beriman, maka ini tidak menjamin. Tetapi diperlukan pembuktian lebih lanjut. Pembuktian itulah yang menandakan hadir tidaknya keyakinan alias iman. Sah atau tidaknya iman. Maka jika kita kembali kepada pembahasan di awal mengenai “orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya,” mereka adalah orang-orang yang boleh jadi secara lisan mengaku muslim atau mengaku beriman, tetapi sejatinya di mata Allah سبحانه و تعالى mereka adalah orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah سبحانه و تعالى .
Mereka adalah orang-orang yang hanya sibuk memperbanyak amal namun tidak merenungkan apakah tumpukan amalnya itu sudah benar-benar dilandasi iman yang sah atau tidak. Benarkah mereka telah menjadikan kalimat tauhid sebagai fondasi berbagai amal mereka? Atau mereka sesungguhnya tidak pernah peduli apakah ketika beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى mesti disertai pengingkaran kepada thaghut? Atau mereka mengira bahwa banyak beramal merupakan suatu perkara mulia yang pasti bakal mendatangkan kebaikan dari Allah سبحانه و تعالى walaupun amal itu berlandaskan penerimaan diri akan hukum thaghut? Sungguh jauh sekali prasangka mereka dari kebenaran yang Allah سبحانه و تعالى terangkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Oleh karena itu dalam ayat berikutnya Allah سبحانه و تعالى menegaskan bahwa orang-orang yang beramal sholeh dengan dilandasi iman yang benar sajalah yang bakal dijamin memasuki surga Firdaus-Nya. Orang-orang yang tidak saja sadar pentingnya beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى tetapi juga faham urgensi menjauhi dan mengingkari thaghut.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ
الْفِرْدَوْسِ نُزُلا خَالِدِينَ فِيهَا لا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.” (QS Al-Kahfi 106-107)
Saudaraku, beramal sholeh itu penting. Tetapi yang jauh lebih penting lagi adalah beriman yang benar sebelum beramal. Sebab bila iman sudah benar, maka sekecil dan sesedikit apapun amal seseorang, niscaya ia akan memperoleh balasan yang baik dan berlipat dari Allah سبحانه و تعالى di akhirat kelak. Namun sebaliknya, sebanyak apapun amal seseorang jika tidak dilandasi oleh iman yang benar, niscaya ia akan merugi di akhirat kelak. Sebab Allah سبحانه و تعالى tidak akan memberikan penilaian apapun atas amal yang tidak berlandaskan iman yang benar tadi.
Hidup di era penuh fitnah seperti saat ini banyak sekali ditemukan ancaman terhadap eksistensi iman yang benar. Tawaran untuk mengingkari Allah سبحانه و تعالى sangat banyak dan menggiurkan. Tawaran untuk berkompromi bahkan bekerjasama dengan thaghut sungguh sangat ramai dan menjanjikan keuntungan duniawi. Keadaan dunia dewasa ini sangat tepat digambarkan oleh hadits Nabi صلى الله عليه و سلم berikut ini:
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda: “Segeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di sore harinya. Di sore hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di pagi harinya. Dia menjual agamanya dengan barang kenikmatan dunia.” (HR Muslim – 169Shahih
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيمَانًا لَا يَرْتَدُّ
“Ya Allah, aku meminta kepadamu keimanan yang tidak akan murtad.” (AHMAD – 4112)
Judul: Beriman atau Beramal yang Harus Didahulukan?Sumber: takrim-alquran.org
Quick Message
Press Esc to close
Copyright © 2013 Takrimul Quran Blog All Right Reserved